Minggu, 21 Mei 2017

Peserta Pelatihan Jurnalistik dan Media Sosial Melakukan Aksi Ngebor Biopori di Pusdiklatda Argasonya

Sidorajo, Jawa Timur - Mengawali kegiatan hari kedua Pelatihan Jurnalistik dan Media Sosial Kwartir Daerah Jawa Timur di Pusdiklatda Argasonya, Minggu (21 Mei 2017) peserta diajak untuk aksi ngebor biopori oleh Kak Zamroni (Andalan Kwarda Jawa Timur). Aksi ngebor biopori ini dilaksanakan sebagai perwujudan upaya pelestarian lingkungan hidup dan realisasi Gerakan Sejuta Biopori Pramuka Jatim 2017.

Kak Zamroni menjelaskan dan Mengajak Peserta untuk Membuat Biopori di Pusdiklatda Argasonya
Kak Zamroni menyampaikan bahwa Lubang biopori yang dibuat anggota pramuka ini diharapkan bisa mengurangi ancaman banjir, serta bisa menampung dan menambah cadangan air tanah. Selain itu, melalui lubang resapan biopori ini juga bisa digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Setiap 10 lubang resapan biopori bahkan langsung bisa mengolah sedikitnya 1 meter kubik sampah organik tanpa menimbulkan masalah lingkungan hidup yang lainnya. Setiap 10 lubang resapan biopori yang dibuat bahkan bisa meresapkan sedikitnya 1000 liter air hujan ke dalam tanah setiap kali hujan lebat turun. Sehingga, kandungan air tanah bisa ditingkatkan dan intrusi atau masuknya air laut ke dalam tanah bisa dicegah.

Sebelum membuat biopori, sebagaimana dikutip dari website http://pramukarek.or.id berikut ini hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam aksi pembuatan lubang resapan biopori:
  1. Aksi ngebor biopori tidak boleh meninggalkan kekumuhan atau tidak boleh membuat lokasi menjadi kumuh atau rusaknya taman;
  2. Tanah hasil pengeboran dikumpulkan ke dalam wadah yang disediakan atau diletakkan di sekitar pohon di sekitar;
  3. Keindahan lokasi ngebor biopori harus tetap dijaga dan bahkan dibuat lebih indah;
  4. Lubang resapan biopori yang telah dibuat selanjutnya diisi dengan sampah organik;
  5. Kedalaman lubang resapan biopori yang dibuat idealnya adalah 1 meter atau kedalaman tidak sampai ketemu dengan air tanah;
  6. Pemberian pipa berdiameter 4 dim atau 12 cm bisa dilakukan bila lokasi pembuatan lubang resapan biopori adalah spot yang sering digunakan aktivitas banyak orang. Tujuannya, untuk mencegah longsor kecil dan memudahkan melakukan pemanenan kompos secara berkala. Panjang pipa juga harus dipastikan tidak lebih dari 15 cm dan hanya pada bagian atas lubang saja;
  7. Bila tidak ada kepastian akan dilakukan pemanenan secara berkala, maka tidak perlu diberi pipa. Lubang yang telah dibuat cukup diisi penuh, sekali lagi “diisi penuh” dengan sampah organik;
  8. Lubang resapan biopori paling ideal dibuat di parit atau saluran air hujan. Untuk merealisasikan ini, biasanya harus membongkar semenan pada bagian permukaan dan pembuatannya dilakukan oleh orang dewasa atau tenaga tukang. Siswa dilibatkan pada perawatan selanjutnya;
  9. Prioritaskan pembuatan lubang resapan biopori pada bagian yang biasanya terjadi genangan pasca hujan. Pembuatan lubang biopori di taman, jalur hijau atau tanah terbuka adalah aksi yang paling memudahkan untuk dilakukan siswa.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sebagai bentuk implementasi darma kedua Gerakan Pramuka yaitu Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia, Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Provinsi Jawa Timur mencanangkan Gerakan Sejuta Biopori Pramuka Jawa TImur 2017. Gerakan ini diresmikan langsung oleh Kak Syaifullah Yusuf pada saat kegiatan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Gerakan Pramuka Jawa Timur di Rumah Makan Agis Surabaya pada hari Kamis 23 Maret 2017 kemarin.

Menindaklanjuti kegiatan biopori tersebut, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Bojonegoro akan melaksanakan sosialisasi dan praktek pembuatan biopori ke 28 kwartir ranting di Bojonegoro yang dilaksanakan secara aktif dan bertahap. (dik) 



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Kwartir Cabang Bojonegoro, Published at 09.05 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar